Dua tahun terakhir ada perasaann yang masih menggantung, meski sudah dicoba untuk melupakannya tapi tidak bisa. Terdengar seperti drama-drama ya. Drama yang aku buat sendiri, mungkin akan terlihat terlalu di dramatisir. Ah jadi teringat salah satu kalimat yg bilang "kita bisa dikatakan dewasa jika hidup kita sudah tidak dipenuhi oleh dram-drama tidak penting". Well, mungkin itu benar dan aku pun sampe sekarang di sisi ini masih belum mencapai level kedewasaan itu.
Hari ini juga aku baru melihat story seseorang tentang buku "Courage to be disliked", Katanya buku ini cocok untuk seseorang yang "siap menerima kenyataan" bahwa dia bukan lah pusat dari alam semesta. Ada filosofi yunani dalam buku itu dan sangat relevan untuk kehidupan kita saat ini. Unfortunately, aku juga barusan nonton sebuah anime yang judulnya "Your Name (Kimi no Na Wa)", Aku ga seberapa ingat sejak kapan aku merasa familiar dengan anime ini.
Honestly, aku ga pernah tau anime ini dan ga pernha nonton atau dengar. Tapi sempat muncul di beranda youtube sebuah video orkestra yang lagi nyanyiin backsound dari anime ini dan entah kenapa aku merasa klik dengan lagunya. Beberapa minggu yang lalu aku setel itu lagi setiap hari, sepanjang waktu, auto replay youtube sambil kerja. Pada saat itu aku benar-benar ga tau animenya tentang apa. Bahkan arti dari lagunya pun aku ngga tau (karena make bahasa jepang).
Back to the anime, anime ini menceritakan ada dua orang (laki dan perempuan) yang entah gimana caranya bertukar tubuh. Dan ya mereka berdua tidak ingin melupakan satu sama lain. Di ceritanya mereka berdua saling berusaha untuk mencari sesuatu, mencari sesorang tapi tidak pernah siapakah itu. Meski tidak tau siapa, tapi seakan takdir mereka sudah terikat satu sama lain. Jago sih yang punya ide ceritanya. Pantes jadi salah satu anime yang paling terkenal. Search aja dan dengan gampang banyak sekali yang bahas.
Kalo kita melihat di film itu memang kita kebanyakan akan disuguhi dengan point of view dari aktor utama keseluruhan cerita. Kita akan merasa center of the universe dari cerita itu. Kehadiran kita adalah yang paling penting, kehadiran kita adalah ceritanya itu sendiri. Tanpa ada kita tidak akan ada cerita itu. Tapi apakah hal-hal yang ada di anime, film, cerita akan sama dengan kehidupan nyata?
Seringkali tidak seperti itu ferguso. Kita bisa menikmati cerita tapi tidak bisa terlalu hanyut sampai membawa apa yang ada di cerita ke dalan kehidupan nyata kita. Hiburan nikmati lah seperti hiburan, dan ketika kembali ke realita ya pake kacamata realita kehidupan.
Aku belum baca buku "Courage to be disliked" yang katanya sih sangat bagus banget. Tapi kalo memang di dalamnya dikatakan kita bukan center of the univers itu ya ga "sepenuhnya benar" menurutku. Aku sepakat kalo memang kita mah apa atuh, kita hanya satu dari sekian milyar manusia yg tinggal di bumi. Kita ga bisa mengendalikan apa yang akan terjadi di bumi.
Tapi, kita adalah main actor untuk kehidupan kita sendiri. Kita bisa mengendalikan apakah akan memilih murung, meratapi nasib, membuat drama berkepanjangan, berandai-andai dan sebagainya. Atau bergerak, menata ulag mimpi yang sempat berserakan, mengganti bagian yang sudah hilang dan tetap berjuang untuk menggapai kehidupan yang diimpikan.
Dan sepertinya itu semua tidak terlepas dari yang namanya "Kebahagiaan, Cinta, dan Ketentraman".
Tidak, ini tidak hanya seputar cinta antar muda-mudi yang sedang di puncak masa pubertasnya dan sedang bertransformasi untuk menjadi dewasa dalam perspektif "biologis". Cinta akan sebuah impian, akan sebuah cita-cita, akan sebuah harapan. Ketika kita ingin sekali untuk menjadi seorang medalis OSN tapi apapun yang kita lakukan, otak ga nutut, ngerjain soal susah dan dikalahkan oleh teman satu kelas sendiri. Kecintaan kita terhadapap mimpi kita, yang kita yakini akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman ini lah yang menjadi bahan bakar untuk berjuang tak kenal lelah. We make our destiny on our own hand.
Isi hati akan mempengaruhi pikiran
Pikiran akan mempengaruhi tindakan
Tindakan akan menciptakan sebuah kebiasaan
Kebiasaan akan menentukan watak
Watak akan mengantarkan kita ke takdir yang sesuai
Itulah kenapa ada hadist (loh kok sampe ini, ya gapapa) yang mengatakan ada segumpal darah, ketika segumpal darah ini baik maka akan baik seluruhnya. Dan apabila segumpal darah ini jelek, akan jelek suruh tubuhnya. Yang dimaksud di sini adalah hati. Jika hatinya jahat maka akan mengantarkan ke pikiran tindakan, kebiasaan, watak dan berujung ke takfir yang jahat. Begitu juga dengan sebaliknya.
Jadi, tentukan dan pilih akan kita isi apa hati kita?
Tapi, pandangan pribadiku,
Aku percaya, setelah masa-masa yang menyakitkan, sulit sekali merelakan, hati kita yng diisi kemurungan, kesedihan akan sembuh dengan seiring waktu. Waktu adalah obat terbaik. Menunggu waktu yang tepat dan bertemu dengan kepingan hati lainnya, bertemu dengan kepingan cita-cita lainnya, bertemu dengan kepingan mimpi lainnya. Niscaya rasa kekosongan sebelumnya akan hilang karena telah terlengkapi oleh kepingan lainnya yang memang sudah ada dalam suratan takdir. Saat waktu yang tepat, tempat yang tepat dan momen yang tepat.
Untuk kesekian kalinya, kemarin aku dapat pertanyaan yang sama "Kamu ga ada pacar ta?" 🥲, kayanya aku memang terlalu menutup diri untuk kesempatan-kesempatan yang datang menggantikan. No, aku belum berencana untuk nyari, tapi kayanya lebih banyak bersosialisasi lagi akan membuat mood lebih baik ya. Menghindar dari waktu luang dengan mengisi dengan segala rentetatn kesibukan tiada henti memang efektif untuk sementara waktu, tapi itu tidak menjahit lukanya, hanya membius untuk beberapa saat kemudian rasa sakitnya terasa kembali.
So, let's play, kan hidup permainan dan sandiwara. Mainan startup sampe jadi juga asik kan 😆
Posting Komentar